17.10.11

Pengalaman Cinta Budak U

 
Kejadian ini aku alami sekitar tahun 2007, ketika aku sambung kuliah aku di salah satu Pusat pengajian tinggi di ibu kota. Aku tinggal di kondo berhampiran ibukota, waktu itu kami menempati satu bilik yang cukup besar, dihuni bersama 2 orang mahasiswa lain yang kebetulan satu daerah dengan ku. Jadi kami bertiga mendiami kamar yang cukup baik sebagai mahasiswa masa itu. Diantara kami bertiga, ada salah seorang yang kebetulan membawa motorsikal, jadi kadang-kadang kami bergantian pinjam motorsikal untuk urusan seharian tetapi pada saat kembali harus dalam keadaan full tank.

Selama lebih kurang setengah tahun, kami menjalani kehidupan sebagai mahasiswa sebagaimana layaknya mahasiswa yang lain, karena kami berasal dari kampung
, maka dari segi kewangan kami saling membantu, terutama apabila ada diantara kami yang terlambat menerima kiriman. Bukannya sombong, kami bertiga di kelas termasuk mahasiswa yang cukup aktif karena prestasi akademik boleh dikatakan cemerlang, jadi hampir setiap hari bilik kami selalu dikunjungi teman mahasiswa lain yang umumnya saling mencari informasi, apalagi pada saat2 ada tugas-tugas yang harus diselesaikan.

Singkat cerita, setelah bulan ke-8 aku disitu, ada salah seorang teman sebilik accident, keadaannya tidak begitu parah, tetapi tetap harus di tahan selama seminggu di hospital. Sebagai sahabat dan kerana rasa simpati, hampir setiap hari kami berdua berulang ke hospital yang kebetulan hanya berjarak 500m dari tempat kami menetap, dari sinilah awal perkenalan kami dengan salah seorang jururawat yang cukup menarik dan cantik, kita sebut saja namanya Mona, yang kebetulan juga rumah sewanya tidak jauh dari hospital itu. Mona berasal dari selatan tanah air, awalnya kami hanya bersembang saja buat lawak untuk menghibur kawan yang sakit lama-kelamaan kami jadi mesra, pada saat tidak bertugas dan kebetulan kami tidak ada kuliah, Mona suka bertandang ketempat kami dan biasanya bersama roommate nya  yang juga jururawat, dan biasanya pula ada saja buah tangan yang dibawa, kami sebagai student senang-senang saja menerima kedatangan Mona yang cantik dan ramah, apalagi selalu membawa makanan.


Pepatah Melayu ada berkata, musuh jangan di cari, rezeki jangan di tolak, yang ada sebat ajalah. Dari situ mula timbulnya perasaaan rindu, cinta dan sayang disebabkan kerana seringnya ketemu, entah apa puncanya, dari kami bertiga ternyata Mona lebih memilih aku, hal ini dapat dibuktikan kerana dia lebih sering berbual denganku atau minta pertolongan dari aku kalau ada sesuatu hal.

Dari minta tolong temankan ke mana-mana kini kami semakin akrab, sehingga kunjungan jadi terbalik, aku lebih sering berkunjung ke tempat kediamannya yang hanya berjarak 300m dari tempatku.
Rupanya Mona menyewa  sebuah bilik dari suatu keluarga yang dihuni oleh sepasang suami isteri dengan anak 1 umur 3 tahun dan seorang ibu yang kelihatannya sudah uzur kerana sudah lanjut usia. Rumah itu terdiri dari rumah dua tingkat, bahagian atasnya disewakan dengan 3 bilik kesemuanya. Bilik depan disewa oleh pasangan suami-isteri dengan 1 anak, bilik tengah disewa  Mona bersama seorang teman yang jururawat juga namanya Yani dan bilik belakang disewa oleh pasangan yang baru kawin.

Malam minggu merupakan acara wajib mengunjungi Mona and the gang, biasanya kami hanya jalan-jalan disekitar pasar malam yang tidak jauh dari perumahan kami, kadangkala hanya sekadar pekena teh mamak sambil menonton bola kegemaran kami berdua. Dan yang bayar secara bergantian, tetapi kebanyakannya Mona yang sukarela sebab dia bekerja. Acara malam minggu biasanya berlanjutan hingg ke jam 11-12 malam. Selama ini tidak ada kejadian2 istimewa terjadi antara kami, hanya sekadar borak kosong jalan dan borak kosong...


Pada malam minggu berikutnya, kebetulan kawan yang punya motorsikal pulang ke kampungnya, maka aku guna motorsikalnya untuk ronda2 keliling pekan bersama Mona, kami berangkat jam 8 malam, pusing2 ke beberapa tempat sambil mencari port yang selesa untuk borak/makan, selesai makan jam 9.30 mlm, Mona ajak ke suatu tempat yang katanya tempat pasangan memadu kasih (Jln Bukit Langat), dari tempat tersebut kita dapat melihat indahnya gemerlapan lampu dari bangunan2 bandar  KL. Hampir sepanjang satu kilometer bukit Langat itu penuh dengan kereta berhenti, semuanya berpasangan. Awalnya kami hanya bercakap-cakap sambil duduk di rumput dengan menikmati indahnya lampu berwarna warni di kejauhan, didorong oleh suasana, kami berborak lagi sambil berpegangan tangan sambil bersenda gurau, ketawa2, hingga pada suatu ketika entah sengaja atau tidak, pipi kami saling bersentuhan, kami sama-sama terkejut dan saling memandang , tapi tidak lama, entah ada kekuatan dari mana aku dekatkan bibirku ke wajah Mona dan secara tiba-tiba bibir kami saling bersentuhan ringan, hanya sekilas kemudian kami saling berpandangan tanpa sepatah katapun.


“Kenapa ni?” Tanya Mona memecah kecanggungan, aku jadi serba salah dan bingung tidak tahu nak cakap apa, akhirnya hanya diam seribu bahasa. Bila melihat aku diam Mona mula memujuk, ditariknya tanganku kemudian didekatkanya bibirnya ke bibirku sampai akhirnya aku merasakan tarikan ringan yang cukup menghayalkan. Rupanya Mona sudah berpengalaman dalam hal ini, dan naluriku merespon bibir Mona dengan kembali memutar ringan seperti apa yang dilakukan Mona. Rupanya inilah yang disebut dengan cumbuan, ciuman dari bibir ke bibir, dan sesungguhnya aku belum pernah mengalami ini sebelumnya.

Suasana dingin dengan persekitaran rata2 anak muda bermadu kasih, sangat mempengaruhi keadaan kami berdua, akhirnya pagutan bibir kami makin intim dengan dekapan yang cukup erat. Aku merasakan lidahnya mencari-cari sesuatu dan secara naluri aku sedut lidahnya sampai Mona tersengal-sengal. "Kejap2 bagi I bernafas dulu"...bisik Mona. Rupanya aku terover sudah, kami sama2 ketawa kecil...

Semakin larutnya malam semakin ramai pasangan yang hadir disitu, akhirnya kami pun meningggalkan lokasi apabila ada dua buah kereta peronda Polis lalu disitu. Saat kami membonceng motorsikal, terasa sentuhan Mona semakin mesra, dipeluknya aku dengan lebih erat dan terasa tonjolan lembut dibelakangku yang menambah kemesraaan kami berdua. Sesampai dihadapan rumahnya, kami meneruskan borak2 kosong sambil jari-jemari berpegangan erat.

“Lee, U tak payah baliklah malam ni”, tiba2 Mona melontarkan pernyataan yang bagiku bagai suara halilintar ..... rupanya Mona dapat membaca fikiranku.

Kedua-dua room mate aku dah balik kampung petang tadi, ada hal katanya, jadi kalau aku tak balik pun tak jadi hal. Mona mengulangi pernyataan pertamanya. Hal ini membuat aku semakin kusut,"Macamana kalau tuan rumah tau" kataku was2, "takpeee... U masuk dulu bilik I macam biasa"... kata Mona. Akhirnya aku mengikut sahaja kata Mona itu, walaupun dalam dada ini terasa debaran yang amat sangat. Sebenarnya seisi rumah ini dah biasa dengan aku, tapi kali ini terasa berbeza dengan hari2 yang lain. Walaupun begitu aku tidak berdaya menolak tawaran seperti ini kerana aku ingin tahu sejauh mana sudahnya, walaupun aku tahu akan risikonya.

Sekitar jam 1.30 malam, seperti biasa aku minta izin kepada tuan rumah dari balik pintu, sambil agak berteriak “Pak Cikkk.., saya balik dulu yaaa” ... “ya silakan” terdengar jawaban dari dalam bilik bawah yang diterangi oleh cahaya TV. Kemudian aku diseret oleh Mona ke bilik tengah secara berhati-hati, disuruh menunggu disitu, kemudian Mona kembali lagi ke pintu depan, sambil berteriak “hati2 jalan ya..”, sambil menutup pintu dan menguncinya, sengaja agak kuat supaya tuan rumah menyangka bahwa aku sudah pulang.

Tidak lama kemudian Mona masuk bilik dan menguncinya dari dalam, sementara aku masih berdiri bodoh disitu tanpa tau apa yang harus dilakukan. “U tidur kat bawah saja ya", kalau kat atas katil bujang ni tak muat pulak” bisik Mona di telingaku, aku angguk kepala tanda setuju. Kemudian dengan sangat berhati-hati, agar tidak membuat bising mencari-cari sesuatu di almari, rupanya yang dicari adalah baju tidur “Nah ganti baju tu, baru selesa sikit”, bisiknya. Dengan rasa canggung, sambil memusingkan badan, aku mengganti baju dengan pakaian tidur yang diberikan, sementara itu Mona sibuk menyiapkan tempat tidur untukku, selimut yang cukup tebal dilapisnya dibawah. Tidak lama kemudian kami menempatkan diri masing-masing, aku tidur di bawah tempat Yani punya, kata Mona, sementara Mona tidur di atas.

“Apa berangan tu...diam jer..?” bisik Mona memecah keheningan, “Takdaaa cuma mata ni payah nak lelap” bisik aku pula. Sebenarnya aku masih menahan debaran,  tak percaya boleh sampai bertiduran. Bernafas pun tertahan tahan bimbang orang bilik sebelah dengar. Kami sama2 hilang rasa mengantuk, tapi tidak boleh berborak hanya pandang memandang sahaja. Rupanya Mona memaklumi keadaan ini, akhirnya dia menurunkan bantalnya dan baring disebelah ku. Nafas aku semakin kencang, terasa baring diatas awangan hanya menunggu apa yang bakal terjadi.




“Kalau macam ni kan mudah nak bercakap"... "orang luar tak dengar” bisik Mona ditelingaku. Kami melanjutkan borak2 sambil berbisik, sementara kami tidur sambil saling bergeselan kerana sempit, tapi rupanya inilah yang diinginkan kami berdua. Aku merasakan ramasan lembut pada tanganku, dan tiba2 Mona menarik tanganku ke arah dadanya sambil menyentuh dadanya, aku  jadi keras disitu. Aku tidak tau apa yang harus kuperbuat, rupanya kebodohanku diperhatikan Mona.“Takut ker diam jer", "U tak geram dengan ...I?” bisiknya sambil menekan dan menggeselkan tanganku ke dadanya.

Aduhhhhhhhh... ada perasaaan aneh saat tanganku bersentuhan dengan dadanya terasa sangat hangat, akhirnya aku semakin agresif untuk menyentuh lagi dengan lebih ganas, terasan semakin kenyal dan di bahagian tangan terasa ada tonjolan halus yang makin lama makin keras setiap kali telapak tanganku mengusap tonjolan itu. Mona sudah seperti cacing kepanasan, aku sudah mula lupa diri, beberapa butang bajunya tanpa disengaja sudah tercabut, ini membuatkan tanganku semakin bebas. Sedang kami asyik bergelut dalam gelora berahi...


Tiba-tiba terdengar ketukan pintu bilik dari luar, "tuk tuk ,tuk,..."siapaaa tanya Mona gugup, aku yang dari tadi berbaring terus bingkas bangun, Mona membetulkan pakaiannya, aku merasa sangat panik tak tahu mana nak bersembunyi, dalam hati mula membayangkan jika tertangkap buruklah nama aku. "Ini Yani lah...."bukalah pintu ngantuk ni..", sambungnya lagi. Yani adalah room mate Mona, dia sepatutnya bertugas pada malam itu. Mona membuka pintu tetapi hanya sedikit, "tunggu kejap boleh tak? kata Mona, "naper..? tanya Yani. Mona keluar dari bilik dan berbincang diluar bilik secara berbisik, sementara itu aku mengenakan semula pakai aku tadi dan cuba bertenang menunggu.


Tidak lama kemudian, Yani dan Mona masuk bilik, sambil senyum2, entah apa yang dibincangkan bukan lagi penting bagiku. Yang penting aku harus keluar dari rumah itu dengan segera kerana tidak sanggup lagi berhadapan dengan mereka berdua apatah lagi jika tertangkap oleh tuan rumah. Anehnya mereka berdua berpendapat supaya aku stay sahaja disitu malam ini, esok pagi baru pulang. Terkejut aku apabila mendengar cadangan mereka, kerana pada sangkaanku tentu Yani tidak selesa bila aku ada tapi nampaknya dia selamba sahaja. Akhirnya dengan rasa berat hati aku terpaksa akur sahaja, payah nak berbincang secara berbisik. Aku di suruh tidur diatas katil dan mereka berdua tidur dibawah, hormat tetamu katanya.


Waktu2 berikutnya aku tidak dapat melelapkan mata, dalam kesamaran gelap itu aku dapat melihat mereka berdua tidur dengan lenanya, seolah-olah tiada apa yang berlaku. Aku hanya terkelip-kelip memandang syiling dan melihat jarum jam bergerak dengan lambat. Bila sahaja jarum  jam menunjukkan pukul 5.00 pagi aku cepat2 kejutkan Mona, supaya membuka pintu. Mona bingkas bangun, dan menarik aku keluar, "Sori ya awak"...tak sangka pulak begini jadinya"...kata Mona, "Takpa.. bukan salah U pun"... jawabku ringkas.

Setelah itu aku jarang bertemu Mona lagi. Mungkin peristiwa itu sangat terkesan dan membuatkan aku serik. Dari berita yang aku dengar, rupanya Mona dan Yani selalu bertukar pasangan sebelum ini dan sampai beberapa kali membawanya kebilik tidur, mungkin skill yang sama digunakan, bila Mona shif malam Yani yang akan membawa balik pasangan, begitulah sebaliknya. mereka bijak mengatur  rancangan, sebab itulah maka bila bersentuhan denganku emosinya cepat sekali terusik. Mujurlah aku cepat sedar...